BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang
unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan
sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal positif .
Setiap individu mempunyai
kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan,
otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Bila individu
kehilangan kebutuhan tersebut atau tidak terpenuhi, akibatnya dapat berupa
perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan. Kelompok menilai masalah
psikososial kehilangan ini merupakan hal penting yang harus dipelajari dalam
keperawatan jiwa.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan
tentang masalah psikososial kehilangan.
Tujuan Khusus : Memberikan pemahaman
tentang masalah psikososial kehilangan.
1.3 Manfaat
Penulisan
Agar
mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan lebih memahami masalah psikososial
kehilangan.
BAB II
DASAR
TEORI
2.1 Pengertian
Kehilangan
Merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka
Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
2.2 Tipe Kehilangan
Kehilangan
dibagi dalam 2 tipe :
a. Aktual atau nyata
Mudah
dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
b.
Persepsi
Hanya
dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
2.3 Faktor Penyebab Kehilangan
Tergantung
dari :
Misalnya
Kehilangan orang yang dicintai atau dihormati.
2.
Sosial budaya
Misalnya kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang
dikenal.
3.
Kepercayaan / spiritual
Misalnya kehilangan rasa kepercayaan kepada orang lain.
4.
Status social ekonomi
Misalnya kehilangan harta dikarnekan bangkrut atau yang
lainnya.
5.
Kondisi fisik dan psikologi individu
Misalnya kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan
social.
2.4
Tahap Reaksi Berduka
(Potter,
1989 dan Tarwoto, 2003)
1.
Pengingkaran
(Denail)
Tahap
kejutan dan penolakan : merupakan awal diagnosa penyakit.
Respons individu : seperti “itu tidak mungkin!” atau “saya tidak percaya”.
Fokus pada pengingkaran disebabkan tidak dapat memperhatikan fakta yang dijelaskan.
Perasaan tidak percaya dan syok.
Respons individu : seperti “itu tidak mungkin!” atau “saya tidak percaya”.
Fokus pada pengingkaran disebabkan tidak dapat memperhatikan fakta yang dijelaskan.
Perasaan tidak percaya dan syok.
Tanda
:
·
menangis
·
gelisah
·
lemah
·
letih
·
pucat
2.
Marah
(Anger)
Perasaan
marah yang tidak terkendali. Perasaan ini dapat diproyeksikan pada benda atau
orang.
Respons
individu : “saya…?, tidak, mengapa saya?”
dan muncul perasaan sedih, rasa bersalah dan marah.
Tanda :
·
Muka merah
·
Suara keras
·
Tangan mengepal
·
Nadi cepat
·
Gelisah dan prilaku agresif.
Merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan pada kesehtan dan kehidupan.
3.
Tawar
menawar (bargaining)
Individu
mampu mengungkapkan marah akan kehilangan, ia akan merefleksikan rasa bersalah,
takut dan rasa berdosa
Respons
individu/keluarga: “ya, benar”., “tapi…, kalau terjadi sesuatu pada saya,
biarlah setelah saya tobat”
Kesempatan menyelesaikan urusan dunia at, pembagian harta).
Semua
permohonan hendaknya dipenuhi karena merupakan hal yang harus dibereskan
sebelum mati.
4.
Depresi
Proses
menghadapi kematian sehingga klien dan keluarga mengalami perasaan kehilangan
yang mendalam disertai depresi dan putus asa
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Prilaku
: menolak makan dan susah tidur
Respons Klien : “ya, benar saya…”.
5.
Menerima
(acceptance)
Fase
ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang terpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
Individu
menyadari dan menerima proses kematian sehingga minat dan aktivitas jangka
panjang menurun.
2.5 Proses Kehilangan
a.
Stressor internal atau eksternal –
gangguan dan kehilangan – individu memberi makna positif – melakukan kompensasi
dengan kegiatan positif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
b.
Stressor internal atau eksternal –
gangguan dan kehilangan – individu memberi makna – merasa tidak berdaya – marah
dan berlaku agresi – diekpresikan ke dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
c.
Stressor internal atau eksternal –
gangguan dan kehilangan – individu memberi makna – merasa tidak berdaya – marah
dan berlaku agresi – diekspresikan ke luar diri individu – kompensasi dengan
perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
d.
Stressor internal dan eksternal –
gangguan dan kehilangan – individu memberi makna - merasa tidak brdaya – marah
dan berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu – kompensasi dengan
perilaku destruktif – merasa bersalah – ketidakberdayaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Data
yang dapat dikumpulkan adalah:
a.
Perasaan sedih, menangis.
b.
Perasaan putus asa, kesepian
c.
Mengingkari kehilangan
d.
Kesulitan mengekspresikan perasaan
e.
Konsentrasi menurun
f.
Kemarahan yang berlebihan
g.
Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h.
Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i.
Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur,
tingkat aktivitas.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Diagnosa Keperawatan :
Berduka
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan (orang, objek, fungsi, status, hubungan)
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan (orang, objek, fungsi, status, hubungan)
Diagnosa keperawatan :
Berduka, antisipasi
Keadaan
dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam berespons
terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.
Diagnosa keperawatan :
Berduka Disfungsional
Keadaan
dimana seorang individu atau kelompok mengalami berduka yang berkepanjangan dan
terlibat dalam aktivitas yang menyimpang.
III. INTERVENSI
Tujuan
Umum;
Klien mampu melakukan hubungan interpersonal
tanpa hambatan.
Tujuan khusus;
Klien
mampu;
a.
Mengungkapkan perasaan berduka
b.
Menjelaskan makna dari kehilangan
c.
Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d.
Membina hubungan baru yang bermakna.
e.
Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN :
1.1
Lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik
•
Empati dan perhatian
•
Jujur dan tepati janji
•
Terima klien apa adanya
1.2 Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan
menghukum / menghakimi.
2.1 Tingkatkan
kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
2.2 Diskusikan dengan
klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal
yang wajar bila seseorang mengalami
kehilangan.
2.3 Beri dukungan
secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4 Amati perilaku
verbal dan non verbal selama klien bicara.
3.1 Sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur
3.2 Ajarkan pada klien
tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3 Dorong klien untuk
berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling
berbagi.
4.1 Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.
4.1 Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.
4.2 Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong
klien untuk melaksanakannya
4.3 Libatkan klien dalam aktivitas motorik
4.4 Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam
aktivitas.
5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan
pada keluarga tahapan berduka serta
cara untuk mengatasinya.
5.2 Anjurkan keluarga
untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan
ungkapan klien berkaitan dengan
pengalaman kehilangan.
V. EVALUASI
Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara
spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap
hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk
mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap
kenyataan kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang
bermakna dengan orang lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi
akibat kehilangan ?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respons emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Faktor penyebab kehilangan dapat tergantung dari arti dari
kehilanganitu sendiri, sosial budaya, kepercayaan / spiritual, status social
ekonomi dan kondisi fisik dan psikologi individu.
Tahap Reaksi Berduka
Pengingkaran (Denail) ---- Marah (Anger)
---- Tawar menawar (bargaining)
---- Depresi
----
Menerima (acceptance)
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat dengan sunguh-sungguh untuk memahami materi masalah psikososial
kehilangan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Maslim. Rusdi; Diagnosis Gangguan Jiwa> Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ –III.Jakarta 1997.
2.
Marmis.Wf: catatan ilmu kedokteran jiwa, Airlangga
University Press, Surabaya 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar